BBRI adalah nama saham Bank BRI yang cukup populer dikalangan para trading saham. Saham ini menjadi menarik, salah satunya karena dalam 5 tahun terakhir jenis pendapatan yang utama di bisnis perbankan yakni Net Interest Income-nya (pendapatan bunga) cenderung mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut rata-rata sebesar 9,8% tiap tahunnya.
Selain itu, Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) merupakan salah satu bank komersial milik negara dan tertua di Indonesia. BRI juga tercatat sebagai Bank dengan laba bersih terbesar di Indonesia.
Bank Rakyat Indonesia di dirikan pada 16 Desember 1895 di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja. Sejak awal Bank BRI di dirikan untuk melayani orang-orang Indonesia.
Nama BBRI dulunya adalah De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau “Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto”.
Saat ini kantor pusat Bank BRI berada di Jakarta. Tepatnya di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 44-46, Jakarta 10210. BBRI juga memiliki :
- 19 kantor wilayah
- 1 kantor inspeksi pusat
- 19 kantor inspeksi wilayah
- 462 kantor cabang domestik
- 1 kantor cabang khusus
- 609 kantor cabang pembantu
- 984 kantor kas
- 5.380 BRI unit
- 3.180 teras & teras keliling dan 3 teras kapal
Bukan hanya di Indonesia, tapi BBRI juga telah mengembangkan perusahaannya ke luar negeri. Saat ini BBRI memiliki :
- 2 kantor cabang luar negeri yang berlokasi di Cayman Islands dan Singapura
- 2 kantor perwakilan yang berlokasi di New York dan Hong Kong
BRI juga memiliki 5 anak perusahaan yaitu :
No | Nama Anak Perusahaan | Jenis | Kepemilikan saham BRI |
1 | Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk | Perbankan | 87,23% |
2 | PT Bank BRISyariah | Perbankan | 99,99% |
3 | PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera | Asuransi | 91,001% |
4 | BRI Remittance Co. Ltd. Hong Kong | Remittance | 100% |
5 | PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) | Multifinance | 99% |
Perkembangan yang luar biasa tersebut sepertinya akan sulit terjadi jika BBRI tidak menjadi perusahaan IPO 17 tahun yang lalu. Bagaimana sejarah perkembangan fundamental dan saham BBRI dari awal penawaran saham perdana hingga saat ini? Mari kita bahas!
Baca juga : Apa Itu IPO? Definisi, Tahapan dan Cara Menilai Prospeknya
Perkembangan Fundamental BBRI
Perkembangan aspek fundamental perusahaan adalah hal yang sangat penting dalam berinvestasi saham. Beberapa fundamental perusahaan tersebut diantaranya pendapatan, penyaluran kredit dll.
Nah, pendapatan dalam perbankan biasanya terbagi menjadi 2 yakni pendapatan Net Interest Income atau Pendapatan Bunga Bersih dan pendapatan Non Interest Income atau Pendapat Non Bunga.
Jadi pendapatan bunga bersih adalah pendapatan bank yang di hasilkan dari selisih bunga dari peminjam dana dikurangi bunga yang di bayarkan pada nasabah. Pertumbuhan Net Interest Income BBRI dapat di lihat dari table di bawah ini!
1. Perkembangan Net Interest Income Bank BRI
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam 5 tahun terakhir tepatnya pada 2015-2019 BBRI cenderung mengalami pertumbuhan pada berbagai aspek saham.
Pertumbuhan pertama bisa di lihat dari Net Interest Income-nya (pendapatan bunga bersih) sebesar 9,8% pertahunnya. Pendapatan bunga bersih dapat dikatakan sebagai pendapatan yang utama di bisnis perbankan, sebab dari sinilah perbankan awalnya bisa hidup dan berkembang.
Penjelasannya begini, pada dasarnya bank berperan untuk mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Lalu dana tersebut di salurkan/dipinjamkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana sesuai ketentuan bank.
Penyimpan dana/nasabah berhak mendapatkan bunga karena telah bersedia menyimpan dananya di bank. Maka dari itu peminjam membayarkan dana pinjaman dan bunganya.
Tahun | Net Interest Income BBRI |
2015 | 56,3 Triliun |
2016 | 65,4 Triliun |
2017 | 73,0 Triliun |
2018 | 77,6 Triliun |
2019 | 81,7 Triliun |
2. Perkembangan Non Interest Income Bank BRI
Selain itu, BBRI Juga mengalami pertumbuhan pada Non Interest Income atau Pendapatan bukan bunganya selama 5 tahun terakhir. BBRI dapat dikatakan cukup berhasil meningkatkan income yang berasal dari non bunga (Fee Based Income).
Rata-rata pertumbuhan Pendapatan Non Bunga BBRI adalah 19,7% (dari tahun 2015-2019). Anda bisa melihat pertumbuhan Fee Based Income pada tabel berikut ini!
Tahun | Fee Based Income | Kontribusi |
2015 | 13,8 Triliun | 19,7% |
2016 | 17,2 Triliun | 21% |
2017 | 19,2 Triliun | 21% |
2018 | 23,4 Triliun | 23% |
2019 | 28,4 Triliun | 25,8% |
Pada tahun 2018 lalu berdasarkan dokumen analyst meeting BRI, Non Interest Income atau biasa juga disebut Fee Based Income terbesar BRI banyak di sumbangkan oleh tiga bisnis.
Pertama, kenaikan dari bisnis fee BRI dari kartu kredit yakni sebesar 55,8%. Lalu kedua berasal dari fee bisnis internasional sebesar 51,2% yoy (year on year), dan terakhir adalah dari fee dari transaksi ebanking 20,8% yoy (year on year).
Baca juga : Pengertian, Jenis dan Bentuk Sekuritas, Yuk Pahami!
3. Penyaluran Kredit
Selain dinilai sebagai Bank yang memiliki laba bersih tertinggi, Bank BRI tercatat sebagai penyalur kredit terbesar di Indonesia.
Pertumbuhan kredit Bank BRI berkembang rata-rata sebesar 8,3% per-tahunnya (selama 2015-2019). Pertumbuhan kredit BBRI selama 5 tahun terakhir dapat di lihat dari tabel di bawah ini!
Tahun | Pertumbuhan Kredit |
2015 | 581,0 Triliun |
2016 | 663,4 Triliun |
2017 | 733,7 Triliun |
2018 | 838 Triliun |
2019 | 907,3 Triliun |
Jika dibandingkan, pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan industrinya (industry growth) yakni sebesar 6,1% saja.
Seperti yang sudah diketahui, secara umum Bank BRI memfokuskan segmentasinya ke arah segmen usaha mikro dan usaha kecil.
Sehingga secara portofolio kredit BBRI lebih banyak menyalurkan kredit untuk usaha kecil sebesar 23,1% dan usaha mikro sebesar 35,8%. Jika digabungkan, maka segmen usaha mikro dan kecil sudah melebihi 50% portofolio BBRI.
Sisanya dikuti ole segmen corporate sebesar 22,3%, consumer 16% dan yang paling kecil adalah medium corporate.
Sejarah Awal Saham BBRI
Sebelum Go Publik, pemerintah merubah status BRI menjadi perseroan terbatas pada 1 Agustus 1992. Hal ini dilakukan berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992. Pada saat itu Pemerintah Republik Indonesia masih menjadi 100% pemilik saham BBRI.
Pada 31 Oktober 2003 Bank BRI dinyatakan efektif untuk melakukan penawaran saham perdana atau menjadi perusahaan IPO (Initial Public Offering). Sebesar 3.811.765.000 (30%) saham di lepas kepada masyarakat umum. Harga perdana saham BBRI waktu itu adalah Rp. 875.
Pada penawaran saham perdana tersebut, saham BBRI yang di tawarkan habis terjual dan mengalami oversubscribed. Setelah melakukan penjatahan oleh lembaga penjamin pelaksana emisi maka Negara Republik Indonesia memiliki saham sebesar 59,50% di BBRI.
Lalu pasca IPO, saham BBRI di catatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 November 2003. Sehingga nama BBRI menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk hingga saat ini.
Dalam sebuah perusahaan terbuka, ada 2 (dua) jenis saham. Yang pertama adalah saham seri A atau sering juga di sebut saham Dwiwarna dan kedua yakni saham seri B. Apakah itu?
Saham seri A (Dwiwarna) adalah saham istimewa, dimana pemiliknya memiliki hak-hak lebih dibanding pemilik saham lainnya. Hak tersebut yaitu pemegang saham Dwiwarna memiliki :
- Hak untuk menyetujui pengangkatan dan pemberhentian Komisaris dan Direksi
- Hak atas perubahan anggaran dasar
- Hak untuk menyetujui penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pemisahan perusahaan
- Hal dalam pengajuan permohonan agar perusahaan dinyatakan pailit dan juga pembubaran perusahaan.
Saham seri A hanya ada 1 lembar dan dimiliki oleh negara. Begitupun dengan saham seri A di BBRI. Sedangkan saham seri B adalah saham yang bisa di perjualbelikan kepada publik di bursa efek.
Baca juga : 1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Penjelasan Selengkapnya!
Seperti yang telah dijelaskan diatas, saham BBRI tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 10 November 2003. Bagaimana sejarah pencatatan saham BBRI? Berikut penjelasan selengkapnya!
Historis Pencatatan Saham BBRI
Jenis Pencatatan | Saham | Tanggal Pencatatan |
Saham Perdana @ Rp875,- (Seri B) | 4.764.705.000 | 10-Nop-2003 |
Stok Split | 246.691.620 | |
Pencatatan Saham Pendiri (Company Listing) (Seri B) | 6.882.352.950 | 10 Nop 2003 |
Konversi MSOP I – III (2004 s/d 2010) | 569.876.000 | |
Penghapusan Saham RI (Delisting of Shares of RI) | -5.698.760 | 07 Jan 2011 |
Stock Split | 12.211.235.190 | 11 Jan 2011 |
Stock Split | 97.689.881.520 | 10 Nov 2017 |
Perkembangan Saham BBRI Hingga Saat ini
BBRI disebutkan sebagai Bank dengan jumlah aset terbesar RI. Kabarnya pada tahun 2019 nilai kapitalisasi perseroan BBRI mencapai level tertinggi, yakni Rp 483,52 triliun.
Adapun para pemegang saham BBRI hingga saat ini berdasarkan data dari website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai berikut !
Daftar Pemegang Saham
o | Pemegang Saham | Jenis | Jumlah | Persentase |
1 | Negara Republik Indonesia | Lebih dari 5% | 70.000.000.000 | 56,75% |
2 | Masyarakat | Kurang dari 5% | 52.603.967.300 | 43,25 % |
3 | Saham Treasury | Saham Treasury | 741.842.700 | 0% |
4 | Sunarso | Direksi | 0 | 0% |
5 | Catur Budi Harto | Direksi | 0 | 0% |
6 | Indra Utoyo | Direksi | 835.200 | 0,001 % |
7 | Haru Koesmahargyo | Direksi | 944.400 | 0,001 % |
8 | Priyastomo | Direksi | 944.400 | 0,001 % |
9 | Herdy Rosadi Harman | Direksi | 0 | 0 % |
10 | Agus Sudiarto | Direksi | 0 | 0% |
11 | Agus Noorsanto | Direksi | 86.200 | 0% |
12 | Supari | Direksi | 351.100 | 0% |
13 | Ahmad Solichin Lutfiyanto | Direksi | 928.200 | 0,001 % |
14 | Handayani | Direksi | 522.300 | 0% |
15 | Wisto Prihadi | Direksi | 0 | 0% |
16 | Kartika Wirjoatmodjo | Komisaris | 0 | 0% |
17 | Ari Kuncoro | Komisaris | 0 | 0% |
18 | R. Widyo Pramono | Komisaris | 0 | 0% |
19 | Hadiyanto | Komisaris | 201.200 | 0% |
20 | Dwi Ria Latifa | Komisaris | 0 | 0% |
21 | Nicolaus Teguh Budi Harjanto | Komisaris | 386.700 | 0% |
22 | Hendrikus Ivo | Komisaris | 0 | 0% |
23 | Zulnahar Usman | Komisaris | 0 | 0% |
24 | Rabin Indrajad Hattari | Komisaris | 0 | 0% |
25 | Rofikoh Rokhim | Komisaris | 0 | 0% |
Harga Saham BBRI
Pada awal pembukaan harga saham perdana BBRI adalah Rp. 875 dengan jumlah saham yang tercatat di BEI sebesar 4.764.705.000. Kini, di tahun 2020 jumlah saham BBRI yang tercatat di BEI adalah 122.112.351.900.
Sebelum virus corona menjadi isu dunia, pada akhir desember 2019 kemarin harga saham BBRI tercatat mencapai harga tertinggi dengan naik 1,15% yakni Rp 4.400/unit. Sementara jumlah transaksi pembelian sahamnya mencapai 833,52 juta saham sebesar Rp 3,59 triliun.
Walaupun pasar modal sempat amblas karena isu virus corona, setelah melakukan aksi Buyback (pembelian kembali saham yang beredar di publik) pada 3 April 2020 lalu BBRI tercatat masuk sebagai 10 top Gainer.
Harga saham BBRI naik sebesar 0.70% atau 20 poin ke harga Rp.2890 per lembarnya. DImana dalam sepekan pada awal April kemarin harga sahamnya turun sebanyak 10.53 persen.
Penutup
Demikian sejarah dan perkembangan saham BBRI hingga saat ini. Sebagai investor, tentu kita perlu mengetahui data dan prospek saham perusahaan. Bukan hanya dikenal menarik karena popularitasnya, tapi ada baiknya kita bisa melihat perjalanan perusahaan dalam dunia trading.
Dengan mengetahui sejarah dan perkembangannya bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam menilai kemapanan sebuah perusahaan dan prospektusnya kedepan. Semoga dapat menambah wawasan Anda seputar bisnis dan trading.